Cerita has posted a new item, 'Mengejar Mimpi'
Impian hari ini adalah kenyataan di hari esok. Impian / cita-cita adalah
keinginan dan harapan di masa mendatang untuk meraih sebuah posisi/ kondisi
tertentu. Ketika masih kecih dahulu, dengan semangat kita akan menjawab saat
ditanya Cita-citanya apa? Jawaban kita beragam, ada yang ingin jadi presiden,
dokter, guru, pilot, pramugari dan seterusnya. Begitu pula saat aku masih kecil
ditanya cita- citanya apa, dengan semangat aku menjawab Mau jadi orang besar.
Bukan karena aku kurus semasa kecil hingga aku bermimpi menjadi orang besar,
justru tubuhku sangat gemuk sewaktu kecil. Itu karena aku belum pandai
mendeskripsikan mau jadi apa, karena seluruh profesi cita- cita yang lazim
dijadikan jawaban anak-anak ya semuanya jadi orang besar. Jadi orang besar
mewakili seluruh kebaikan yang diimpikan.
Seiring berjalannya waktu, sewaktu SMP aku ingin jadi guru, karena Ibu Obet
(guru Bahasa Indonesia) begitu antusias mengajarkan kami ilmu dengan kesungguhan
yang luar biasa. Beliau disiplin, bijaksana, pintar dan ramah.
Jenjang perkuliahan hingga semester 3, aku ingin jadi dosen. Cita-citaku berubah
tatkala berfikir bahwa dosen berpeluang memberikan pengaruh besar bagi dakwah,
karena posisinya sebagai ADP kampus (Aktivis Dakwah Permanen). Ladang garapnya
adalah mahasiswa, dan mahasiswa merupakan ujung tombak maju mundurnya sebuah
bangsa, mereka yang akan mengisi post- post penting dalam struktur pemerintahan,
menguasai politik, mengendalikan ekonomi dan seterusnya. Sehingga penting
mentarbiyah mahasiswa yang pada akhirnya mereka akan menjadi pemimpin- pemimpin
masa depan yang memberikan kemaslahatan banyak bagi umat.
Waktu terus berlalu, bertambahnya usia semakin mematangkan pemikiran mau dibawa
kemana hidup yang sekali ini. Lagi-lagi impianku berubah, bukan karena telah
ternodai dengan keputusasaan hingga berpaling, tapi karena ingin menyalurkan
kebaikan sesuai bakat dan minat. Aku ingin jadi pengusaha, penulis dan
politikus, terangkum dalam 3P. Terlalu banyak, ya bisa jadi. Aku sendiri tidak
tahu bagaimana mengkombinasikannya suatu saat nanti. Namun yang jelas, aku
berusaha mengarahkan ikhtiar dan doaku pada satu fokus.
Kenapa pengusaha? agar aku mandiri secara ekonomi. Penulis agar dapat memberikan
bekal ilmu dan pengalaman bagi generasi setelahku, membangun budaya literasi
seperti Raden Ajeng Kartini. Politikus adalah visi utama impianku.
Awal tahun 2012 lalu aku mulai belajar menulis. Menuangkan gagasan pemuda
melalui artikel-artikel sederhana. Dari sekian artikel yang termuat di media
massa, tulisan yang bertajuk perempuan yang sering kali muncul. Bagiku, hal ini
bukan kebetulan. Menulis artikel menuntutku untuk mengetahui kondisi real
fenomena wanita zaman modern kini. Ya, aku terpanggil untuk merajut mimpi-mimpi
indah itu. Menjadi orang besar sebagai aktivis perempuan.
Ya, menjadi pahlawan butuh proses. Tamat kuliah, aku mulai merintis usaha Bakso
Jodoh, bakso bentuknya love. Daftar menunya juga unik- unik. Ada bakso keluarga,
bakso anak-anak, bakso suami istri, bakso tingkat dan seterusnya. Aku berusaha
optimal menjalankan usaha itu. Tabunganku yang minim aku padah- padahkan agar
cukup sebagai modal awal. Usaha berjalan hingga 3 bulan dengan dua karyawan.
Tapi karena lokasi kurang stategis dan pangsa pasar masyarakat menengah ke
bawah, usahaku mentok. Produksi bakso maksimal hanya 3-4 kg per hari, padahal
dalam perencanaan saya minimal 5 kg untuk bebas dari pembayaran gaji karyawan
dan sewa tempat. Berbagai metode aku coba untuk mendongkrak hasil penjualan,
tapi gagal. Berdasarkan hasil survey saya, lazimnya pengusaha bakso yang sukses
berproduksi 18-40 kg per hari.
Waktu yang terus berjalan aku coba untuk terus menulis. Sebisa mungkin aku tetap
mengajar di TPA Pertamina Sumbagut. Walaupun dengan honor yang sangat minim,
setidaknya hal itu menjadi amal jariyah bagiku untuk mentransfer ilmu baca Al-
Quran bagi adik-adik yang kurang mampu. Hingga detik ini aku masih berusaha agar
kumpulan artikel- artikelku dengan tajuk seputar Perempuan, Islam dan Negara
bisa terbit. Tapi lagi- lagi masih dalam proses. Wallahualam kali ini lolos
seleksi atau tidak. Tapi aku yakin, suatu saat nanti buku itu bisa terbit.
Sembari menulis artikel dengan sasaran media massa atau sekedar sebuah catatan,
sekarang saya juga mencoba merancang buku Feminisme Akhwat Haraki. Sinopsis dan
kerangka buku sudah fokus, tinggal butuh komitmen untuk menyelesaikannya.
Alhamdulillah, tadi siang saya juga baru terima kabar panggilan kerja menjadi
salah satu personil sosmed di Depok.
Impian menjadi pengusaha dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak itu masih ada. Walaupun aku sendiri tidak tahu bagaimana caranya, biarlah
waktu yang akan menjawab. Bukankah bermimpi itu gratis? Maka bermimpilah, karena
mimpi adalah cermin kehidupan. Impian akan melahirkan kekuatan untuk berbuat
maksimal.
Mbak Oki Setiana Dewi juga awalnya bermimpi jadi aktris, Barack Obama bermimpi
jadi presiden. Begitu pula dengan Bill Gates sampai dianggap gila karena
mimpinya agar setiap rumah memiliki komputer. Begitulah kerja mimpi,
memungkinkan yang tidak mungkin, mewujudkan apa-apa yang tianggap tidak mungkin
menjadi nyata.
Manusia hanya bisa berencana, Allah yang Maha menentukan takdir. Ikat pinggang,
rapatkan barisan. Allah lah sebaik- baik tempat berharap dan berlindung.
Wallahualam
You may view the latest post at
http://cerita.biz/
Best regards,
Cerita
http://cerita.biz
Impian hari ini adalah kenyataan di hari esok. Impian / cita-cita adalah
keinginan dan harapan di masa mendatang untuk meraih sebuah posisi/ kondisi
tertentu. Ketika masih kecih dahulu, dengan semangat kita akan menjawab saat
ditanya Cita-citanya apa? Jawaban kita beragam, ada yang ingin jadi presiden,
dokter, guru, pilot, pramugari dan seterusnya. Begitu pula saat aku masih kecil
ditanya cita- citanya apa, dengan semangat aku menjawab Mau jadi orang besar.
Bukan karena aku kurus semasa kecil hingga aku bermimpi menjadi orang besar,
justru tubuhku sangat gemuk sewaktu kecil. Itu karena aku belum pandai
mendeskripsikan mau jadi apa, karena seluruh profesi cita- cita yang lazim
dijadikan jawaban anak-anak ya semuanya jadi orang besar. Jadi orang besar
mewakili seluruh kebaikan yang diimpikan.
Seiring berjalannya waktu, sewaktu SMP aku ingin jadi guru, karena Ibu Obet
(guru Bahasa Indonesia) begitu antusias mengajarkan kami ilmu dengan kesungguhan
yang luar biasa. Beliau disiplin, bijaksana, pintar dan ramah.
Jenjang perkuliahan hingga semester 3, aku ingin jadi dosen. Cita-citaku berubah
tatkala berfikir bahwa dosen berpeluang memberikan pengaruh besar bagi dakwah,
karena posisinya sebagai ADP kampus (Aktivis Dakwah Permanen). Ladang garapnya
adalah mahasiswa, dan mahasiswa merupakan ujung tombak maju mundurnya sebuah
bangsa, mereka yang akan mengisi post- post penting dalam struktur pemerintahan,
menguasai politik, mengendalikan ekonomi dan seterusnya. Sehingga penting
mentarbiyah mahasiswa yang pada akhirnya mereka akan menjadi pemimpin- pemimpin
masa depan yang memberikan kemaslahatan banyak bagi umat.
Waktu terus berlalu, bertambahnya usia semakin mematangkan pemikiran mau dibawa
kemana hidup yang sekali ini. Lagi-lagi impianku berubah, bukan karena telah
ternodai dengan keputusasaan hingga berpaling, tapi karena ingin menyalurkan
kebaikan sesuai bakat dan minat. Aku ingin jadi pengusaha, penulis dan
politikus, terangkum dalam 3P. Terlalu banyak, ya bisa jadi. Aku sendiri tidak
tahu bagaimana mengkombinasikannya suatu saat nanti. Namun yang jelas, aku
berusaha mengarahkan ikhtiar dan doaku pada satu fokus.
Kenapa pengusaha? agar aku mandiri secara ekonomi. Penulis agar dapat memberikan
bekal ilmu dan pengalaman bagi generasi setelahku, membangun budaya literasi
seperti Raden Ajeng Kartini. Politikus adalah visi utama impianku.
Awal tahun 2012 lalu aku mulai belajar menulis. Menuangkan gagasan pemuda
melalui artikel-artikel sederhana. Dari sekian artikel yang termuat di media
massa, tulisan yang bertajuk perempuan yang sering kali muncul. Bagiku, hal ini
bukan kebetulan. Menulis artikel menuntutku untuk mengetahui kondisi real
fenomena wanita zaman modern kini. Ya, aku terpanggil untuk merajut mimpi-mimpi
indah itu. Menjadi orang besar sebagai aktivis perempuan.
Ya, menjadi pahlawan butuh proses. Tamat kuliah, aku mulai merintis usaha Bakso
Jodoh, bakso bentuknya love. Daftar menunya juga unik- unik. Ada bakso keluarga,
bakso anak-anak, bakso suami istri, bakso tingkat dan seterusnya. Aku berusaha
optimal menjalankan usaha itu. Tabunganku yang minim aku padah- padahkan agar
cukup sebagai modal awal. Usaha berjalan hingga 3 bulan dengan dua karyawan.
Tapi karena lokasi kurang stategis dan pangsa pasar masyarakat menengah ke
bawah, usahaku mentok. Produksi bakso maksimal hanya 3-4 kg per hari, padahal
dalam perencanaan saya minimal 5 kg untuk bebas dari pembayaran gaji karyawan
dan sewa tempat. Berbagai metode aku coba untuk mendongkrak hasil penjualan,
tapi gagal. Berdasarkan hasil survey saya, lazimnya pengusaha bakso yang sukses
berproduksi 18-40 kg per hari.
Waktu yang terus berjalan aku coba untuk terus menulis. Sebisa mungkin aku tetap
mengajar di TPA Pertamina Sumbagut. Walaupun dengan honor yang sangat minim,
setidaknya hal itu menjadi amal jariyah bagiku untuk mentransfer ilmu baca Al-
Quran bagi adik-adik yang kurang mampu. Hingga detik ini aku masih berusaha agar
kumpulan artikel- artikelku dengan tajuk seputar Perempuan, Islam dan Negara
bisa terbit. Tapi lagi- lagi masih dalam proses. Wallahualam kali ini lolos
seleksi atau tidak. Tapi aku yakin, suatu saat nanti buku itu bisa terbit.
Sembari menulis artikel dengan sasaran media massa atau sekedar sebuah catatan,
sekarang saya juga mencoba merancang buku Feminisme Akhwat Haraki. Sinopsis dan
kerangka buku sudah fokus, tinggal butuh komitmen untuk menyelesaikannya.
Alhamdulillah, tadi siang saya juga baru terima kabar panggilan kerja menjadi
salah satu personil sosmed di Depok.
Impian menjadi pengusaha dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak itu masih ada. Walaupun aku sendiri tidak tahu bagaimana caranya, biarlah
waktu yang akan menjawab. Bukankah bermimpi itu gratis? Maka bermimpilah, karena
mimpi adalah cermin kehidupan. Impian akan melahirkan kekuatan untuk berbuat
maksimal.
Mbak Oki Setiana Dewi juga awalnya bermimpi jadi aktris, Barack Obama bermimpi
jadi presiden. Begitu pula dengan Bill Gates sampai dianggap gila karena
mimpinya agar setiap rumah memiliki komputer. Begitulah kerja mimpi,
memungkinkan yang tidak mungkin, mewujudkan apa-apa yang tianggap tidak mungkin
menjadi nyata.
Manusia hanya bisa berencana, Allah yang Maha menentukan takdir. Ikat pinggang,
rapatkan barisan. Allah lah sebaik- baik tempat berharap dan berlindung.
Wallahualam
You may view the latest post at
http://cerita.biz/
Best regards,
Cerita
http://cerita.biz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar